Tutup
Masuk
Silakan masuk untuk melihat ditail akun Anda :
E-Mail :
Password :

Blog

Home » Blog » why-video-conferencing-not-popular-in-indonesia-business-community
22 Jan 2016

[Artikel ini pertama-tama ditulis pada 22 Januari 2015, namun sudah dirubah pada tanggal 06 April 2017. Kemudian, artikel ini diupdate kembali pada tanggal 2 Maret 2018 to memperbaharui informasi-informasi terkini)

Kalangan masyarakat bisnis Indonesia menginginkan teknologi teleconference yang mudah dan murah. Bayangkan saja dengan kemacetan jalanan di Jakarta dan kota kota besar lainnya, produktivitas kita semakin menurun. Namun hingga saat ini kebutuhan layanan teleconference terutama video conference masih sulit terpenuhi terutama untuk aktifitas bisnis. Di artikel ini, kami akan menelusuri beberapa alasan mengapa video conference masih sulit dan mahal di Indonesia.

  1. Koneksi internet yang bagus dan berkualitas masih langka di negeri ini. Untuk menikmati layanan Video Conferencing yang handal dan lancar, kita memerlukan koneksi internet yang lancar dan bandwidth internasional yang tinggi. Jika anda berada di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, ataupun Denpasar, dan memiliki pilihan untuk menggunakan layanan provider  seperti Biznet, First Media, atau MNC Play Media, maka kebutuhan ini bisa terpenuhi. Namun coverage area ketiga provider inipun masih sangat terbatas, masih banyak kantor dan rumah yang belum terjangkau layanan internet provider yang handal ini. Juga banyak internet provider yang memberikan kecepatan upload yang tidak secepat kecepatan download. Padahal untuk layanan video conferencing, perlu dibutuhkan kecepatan dan kestabilan internet untuk upload maupun download. Jika tidak, maka video akan lagged atau choppy. Namun, sejak tahun 2016 akhir sampai sekarang (Tahun 2018), akses internet sudah jauh lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. 
  2. Berbagai macam perangkat dan tidak kompatibel dengan lainnya. Di Indonesia, kita beruntung memiliki berbagai macam perangkat seperti Polycom, Cisco, Avaya, Huawei, ZTE, Vidyo, LifeSize, dan banyak merek merek lainnya. Juga banyak sekali teknologi teknologi lainnya seperti Skype, Google Hangouts, Facebook, Yahoo Messenger yang bisa digunakan untuk video conference. Namun sayangnya, untuk melakukan  Video Conferencing dengan aplikasi-aplikasi ini, semua pihak yang ingin berkomunikasi melalui video conferencing harus menggunakan perangkat atau software yang sama. Jadi jika anda keburu membeli perangkat Polycom, namun business partner anda menggunakan Cisco, maka integrasi antara dua sistem ini adalah tidak mudah.
  3. Kekurangan provider yang berfokus pada kualitas, bukan harga. Di era sekarang ini, banyak sekali provider yang memberikan layanan secara gratis. Contohnya seperti Skype, Google Hangouts, dan lainnya. Namun layanan-layanan gratis ini memiliki banyak keterbatasan jika digunakan di dunia bisnis. Selain karena mereka lebih fokus pada “monetization of advertising dollar” ketimbang fokus untuk menyediakan layanan teleconference yang berkualitas.

 

Di pemerintahan yang baru ini, kami mengharapkan agar pemerintahan Jokowi akan mendorong pembangunan infrastruktur yang bagus dan berkualitas. Mudah mudahan dengan dukungan dari Pak Jokowi, regulasi yang mendukung dari Kementerian Kominfo, dan persaingan yang sehat dari berbagai macam Internet Service Provider yang ada, kita masyarakat Indonesia bisa memiliki layanan internet yang bagus dan berkualitas. Mungkin di 5 tahun kedepan, tidak mustahil masyarakat Indonesia bisa menggunakan layanan video conferencing yang mudah dan murah.

 

Untuk saat ini, kami yakin bahwa layanan Kongkow Conferencing bisa memenuhi kebutuhan telekonferensi anda. Anda tidak memerlukan layanan internet yang bagus dan berkualitas. Tidak ada perangkat yang perlu dibeli. Cukup dengan jaringan telefon atau jaringan internetsaja, anda bisa berkomunikasi dengan lancar dengan kolega kolega anda, dimanapun mereka berada.